Cerpen berdasarkan inspirasi
N P
Terkadang menyenangkan dan menyedihkan terjadi
secara bersamaan dalam hidupku. Aku membantu tapi mereka tak pernah
menghargaiku, tanpa aku mereka akan punah. Aku memberi kebahagiaan tapi mereka
malah mengancurkanku. Hidupku lebih mulia daripada para manusia fana yang tak
tahu berterima kasih. Ada dari mereka yang membanggakanku, melindungiku dan
melestarikanku, tapi juga banyak yang memanfaatkanku untuk kepentingan mereka.
Aku adalah saksi bisu kehidupan nyata yang penuh dengan hal fana.
Aku
tinggal ditempat ini sudah lebih dari 5 tahun tapi keadaan tetap tidak berubah.
Hidupku seperti sebuah siklus yang tak mempunyai klimaks. Setiap hari aku harus
melihat perbuatan mereka, baik ataupun buruk. Bahkan aku pernah melihat seorang
sekarat karena OD di samping tempat sampah, kecelakaan beruntun, dan banyak
cerita yang enggan kuceritakan. Kehidupan malam sangat menyedihkan.
“Ini makanlah
kau harus makan jika mau bekerja.” Seorang anak perempuan berusia 4 tahun yang
tinggal disebrang jalan memberi seorang pengemis makanan.
Padahal setiap harinya aku
melihat anak itu menangis kelaparan, dunia sungguh tak adil. Pengemis yang
diberinya sangat berterima kasih, tapi ia menggerutu.
“Aku tidak butuh makan, aku butuh
uang.” Katanya
Aku ingin sekali menindih si pengemis
itu, dasar pengemis tidak tahu diri. Malamnya aku melihat pengemis itu sedang
jalan jalan bersama keluarganya, dia menipu semua orang, tubuhnya tidak cacat,
dan keluarganya juga tidak ada yang kelihatan kekurangan makanan. Aku berdoa
semoga dosanya tidak pernah diampuni.
Disaat yang sama seorang perempuan yang tak
lain adalah ibu dari anak yang berusia 4 tahun tadi pulang dengan wajah letih
setelah seharian bekerja. Saat ia masuk rumah, anak itu menyapanya dan
memeluknya. Ibu itu memberi anaknya beberapa lembar uang untuk disimpannya.
Ayah anak itu keluar dan menyambar semua uang yang diberikan kepada anaknya dan
disimpannya. Sungguh pemandangan yang miris, ibu itu hanya bisa menangis.
Pagi
ini ada sekelompok anak muda yang membersihkan tempatku, sungguh baik pikirku.
Mereka dengan riang bersenda gurau sambil mengisi kekosongan, sungguh
pemandangan yang indah, tapi akankah mereka selalu seperti ini? Siang ini hujan
turun banyak anak yang bermain hujan, dan aku sangat bahagia terima kasih
tuhan.
Senja mulai
menyapa siang berganti malam sangat disayangkan, karena pada malam hari pasti ‘makhluk
malam’ keluar dan melakukan aktivitas keseharian mereka. Termasuk ayah anak
itu, ia keluar dengan baju bagus dan pulang tengah malam sambil membawa botol
minuman keras dan berteriak tak karuan, istrinya hanya bisa berdoa.
Aku
terbangun mendengar suara sirene pemadam kebakaran yang berbunyi melewati ku.
Sebuah rumah terbakar, didalamnya ada seorang gadis berusia 20 tahun terjebak
yang berteriak ketakutan. Para tetangga mengeluarkan barang barang berharga
mereka takut jika apinya merembet dan membakar rumah mereka. Api padam saat
sudah pagi, dan angin berhembus kencang.
Sebuah
ambulan menuju rumah itu mengangkat gadis yang terjebak tadi, tubuhnya penuh
luka bakar, sangat mustahil kalau dia masih hidup, tapi tuhan berkata lain.
Gadis itu masih hidup dengan cacat diseluruh tubuh, dimalam harinya ia meronta
ronta, kecewa kenapa ia masih hidup, di siangnya ia sering mencoba bunuh diri
tapi selalu ada orang yang mencegahnya.
Hari
demi hari berlalu tak ada yang berubah dari semua orang, anak perempuan,
ibunya, ayahnya masih sama. Gadis yang cacat itu pun masih terus mencoba bunuh
diri. Sampai sekelompok anak muda itu, tak ada yang berubah, lelucon mereka
selalu sama. Tuhan aku bosan hidup seperti ini.
Sampai ...
Tahun ini pemerintah membangun
sebuah pembangkit listrik bertenaga nuklir yang sangat besar, banyak temanku
yang dihancurkan untuk perluasan tempat itu.
“Dasar manusia selalu membangun yang tidak
penting!” Gerutuku.
Proyek itu berjalan dengan lancar.
Banyak orang yang bekerja disana termasuk ibu anak perempuan itu.
Sampai
suatu hari nuklir itu meledak banyak korban jiwa berjatuhan terutama para
pekerjanya, dan juga ibu anak itu. Kasihan sekali dia ibunya meninggal daan
ayahnya sangat benci terhadapnya. Segera setelah kejadian itu tempat itu
dikosongkan karena terkena radiasi nuklir. Tuhan mengabulkan permintaanku. Dia
memberiku kehidupan yang baru, tapi aku membencinya. Aku ingin sekali kehidupan
lamaku kembali. Sekarang hidupku sendirian, teman-temanku banyak yang mati.
Hanya beberapa yang masih bisa bertahan hidup karena hujan.
Bertahun
tahun aku melewati masa ini, sekarang umurku sudah bertambah. Aku semakin
keriput, mungkin tak lama lagi aku akan pergi. Sebelum ajal menjemputku
aku berdoa kepada Tuhan
“Tuhan sebelum aku tiada aku
ingin sekali melihat manusia yang tinggal disini dulu, seperti apa mereka
sekarang, sudah 5 tahun Tuhan aku tidak melihatnya. Maafkan aku Tuhan.”
Beberapa minggu kemudian aku
melihat banyak mobil yang lewat, “Apakah ini jawabanmu Tuhan? Terima kasih.”
Aku
melihat manusia yang tinggal disini dulu, sekarang mereka sudah berubah. Aku
akan menceritaknnya satu persatu. Anak perempuan itu kini sudah besar, dia
sangat cantik. Dan ayahnya sekarang sudah berubah menjadi orang yang baik.
Meskipun ia tumbuh tanpa kasih sayang ibu, ia tampak bahagia dengan
kehidupannya sekarang. Tuhan mengabulkan doa ibu dari anak itu.
Gadis
yang cacat akibat kebakaran dulu,
sekarang sudah menikah dan punya seorang anak laki-laki yang paginya selalu ia
ajak jalan-jalan dengan kursi roda. Dia mempunyai suami yang sayang kepadanya.
Dan dia sudah tidak mencoba bunuh diri lagi.
Berbeda
dengan anak-anak yang selalu membersihkan tempatku dulu, sekarang mereka mengikuti
geng yang berbeda, dan setiap malamnya mereka akan berkelahi, bukan bersenda
gurau seperti dahulu. Kenapa Tuhan kau biarkan mereka seperti itu? Aku
menangisi mereka. Dahulu kawan sekarang lawan.
Apa
yang kuinginkan sebelum mati sudah dipenuhi aku sangat bahagia. Mereka sudah
menemukan takdir dan jalan hidupnya masing-masing. Semoga mereka mendapatkan
yang terbaik. Lestarikan aku sebelum semua punah, dan perkenalkan Namaku Pohon.
Inspirasi cerpen "Aku B" karya Eunike Gloria
Komentar
Posting Komentar