Analisis Unsur Novel "Maryamah Karpov" karya Andrea Hirata

 BAB I
                                         PENDAHULUAN
1.1                        Latar Belakang
Novel tetralogi laskar pelangi terdiri atas “Laskar Pelangi”, “Sang Pemimpi”, “Edensor” dan yang terakhir “Maryamah Karpov”. Kali ini penulis akan menganalisis nove maryamah karpov karya andrea hirataa. Kurangnya minat masyarakat untuk membaca terutama sastra sangat disayangkan karena banyak nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dalam suatu karya sastra.
Pada umumnya masyarakat lebih suka membaca prosa yang lebih pendek seperti cerpen, karena tidak membutukhan waktu yang banyak sedangkan untuk membaca suatu karya sastra seperti novel membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk membaca dan memahami artinya.
Penulis menanalisis novel maryamah kapov ini untuk mengerjakan tugas bahasa indonesia, dan juga untuk menumbuhkan rasa suka anak muda terhadap karya sastra, didalam novel ini banyak sekali pelajaran hidup yang dapat dipetik. Tetralogi laskar pelangi merupakan pengalaman asli penulis (Andrea Hirata) yang dituangkan dalam bentuk novel. Novel maryamah karpov bercerita tentang kisahnya dalam mencari cinta sejatinya meskipun maut mengancamnya. Novel ini sangat sayang jika tidak dibaca.

1.2                        Rumusan Masalah
1.2.1  Apa definisi prosa ?
1.2.2  Apa saja macam – macam prosa ?
1.2.3  Apa saja unsur intrinsik novel ?
1.2.4  Apa saja unsur ekstrinsik novel ?

1.3                        Tujuan  Pembahasan
1.3.1  Mengetahui definisi prosa
1.3.2  Mengetahui macam – macam prosa
1.3.3  Mengetahui unsur instrinsik novel
1.3.4 Mengetahui unsur eksterinsik  novel


BAB II
PEMBAHASAN TEORI

2.1           Pengertian Prosa
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi.
      Prosa berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang".  Prosa dapat dibedakan berdasarkan pembabakannya, menjadi :
1.      Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,  
2.      Prosa baru adalah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Perbedaan antara prosa lama dan baru adalah sebagai berikut :
Prosa lama
  1. Statis, lamban perubahannya
  2. Istana Sentris, bersifat kerajaan
  3. Bersifat fantastis, bentuknya hikayat, dongeng
  4. Di pengaruhi sastra Hindu dan Arab
  5. Tidak ada pengarang atau anonim
Prosa baru
1.      Dinamis, perubahannya cepat
2.      Rakyat Sentris, mengambil bahan dari rakyat sekitar
3.      Realistis, bentuknya roman, novel, cerpen, drama, kisah, dsb.
4.      Di pengaruhi sastra Barat
5.      Nama pencipta selalu dicantumkan
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif
2.1.1 Prosa lama

       Prosa lama adalah prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama Indonesia. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul dan disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Prosa lama terbagi atas:

1. Bidal 
Bilal, adalah cara berbicara dengan menggunakan bahasa kias. Bidal terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
a.      Pepatah 
Pepatah adalah suatu peri bahasa yang mengunakan bahasa kias dengan maksud mematahkan ucapan orang lain atau untuk menasehati orang lain.
Contoh: Malu bertanya sesat di jalan. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
b. Tamsil
Tamsil (ibarat) adalah suatu peribahasa yang berusaha memberikan penjelasan dengan perumpamaan dengan maksud menyindir, menasihati, atau memperingatkan seseorang dari sesuatu yang dianggap tidak benar.Contoh: Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Keras-keras kersik.
c. Kiasan 
Ungkapan tertentu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya kepada seseorang, karena sifat, karakter, atau keadaan tubuh yang dimilikinya. Kata-kata sebutan yang digunakan dengan cara tersebut dinamakan bahasa kiasan. Contoh: Makan tangan = memperoleh keuntungan besar.
d. Perumpamaan 
Perumpamaan adalah suatu peribahasa yang digunakan seseorang dengan cara membandingkan suatu keadaan atau tingkah laku seseorang dengan keadaan alam, benda, atau makhluk alam semesta.Contoh: Seperti anjing makan tulang. Seperti durian dengan mentimun.
e. Pemeo
Pemeo adalah suatu peribahasa yang digunakan untuk berolok-olok, menyindir atau mengejek seseorang atau suatu keadaan.
Contoh: Ladang Padang, orang Betawi: maksudnya berlagak seperti orang Padang padahal dia orang Betawi atau orang Betawi yang berlagak kepadang-padangan.
2. Hikayat
Hikayat berasal dari India dan Arab, yaitu bentuk sastra lama yang berisikan cerita kehidupan para dewa-dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat, kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan
3. Sejarah atau Tambo
        Sejarah disebut juga Tambo, berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Contoh:Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612, Tambo Bengkahulu, Silsilah Raja Bugis (Raja Ali Haji)
4. Dongeng           Bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang bersifat khayalan dari pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita yang benar-benar terjadi. Fungsi dongeng hanyalah sebagai penghibur hati saja atau pelipur lara. Itulah sebabnya dongeng disebut juga cerita pelipur lara.
Bentuk-bentuk cerita dongeng:
a. Mite (Mitos)
Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang gaib, alam gaibatau yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib, seperti dewa, peri ataupun Tuhan. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo,
b. Sage
        Sage, adalah cerita lama yang di dalamnya mengandung unsur sejarah atau yang berhubungan dengan sejarah. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara,
c. Fabel 
Fabel adalah dongeng tentang binatang yang bisa berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kancil dengan Buaya
d. Legenda
Dongeng atau cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Cerita tentang Tangkuban perahu, Dongeng Malinkundang, Legenda Banyuwangi
e. Penggeli Hati (Dongeng Jenaka)
Penggeli hati adalah cerita komedi yang berkembang dalam suatu masyarakat atau cerita tentang tingkah laku orang yang dilukiskan secara humor. Contoh: Si Kabayan, Pak Pandir, Cerita Lebai Malang, Joko Kendil.
f. Cerita perumpamaan 
Dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik.
Misalnya, orang yang pelit akan dinasehati dengan cerita Haji Bakhil atau Haji Pelit.
       g. Parabel 
        Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata.
5. Kisah
Karya sastra lama yang berisikan cerita tentang, cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan
6. Cerita berbingkai
          Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi, yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita sisipan. Sehingga cerita berbingkai ini menjadi cerita yang bersusun.  Contoh: Seribu Satu Malam, Hikayat Kalilah dan Daminah, Hikayat Bayan Budiman
7. Cerita-cerita Panji
Disebut juga hikayat yang berasal dari kesusastraan Jawa yang berkisah tentang 4 kerajaan di pulau Jawa yaitu : kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan dan Singosari.Contoh : Hikayat Panji Semirang

2.1.2 Prosa Baru
         Bila dalam prosa lama kita dibawa pada alam khayal atau santai, namun dalam prosa baru kita dibawa pada peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan alami tiap hari.
Prosa baru dapat dibedakan menjadi :
a. Roman
Ialah cerita yang melukiskan sesuatu kehidupan manusia atau pelaku-pelakunya dari awal sampai akhir, baik perbuatan lahir maupun peristiwa-peristiwa batinnya. Dari kecil, remaja, dewasa, sampai meninggal. Dalam roman sudah menjadi cirri khas adanya lukisan percintaan. Itulah sebabnya para orang tua zaman dahulu melarang anaknya membaca buku roman sebelum dewasa.
b. Novel
         Bila dalam roman biasanya dikisahkan seluruh kisah hidup tokohnya, darimasa kanak-kanak hingga dewasa sampai meninggal dunia, tetapi dalam novel yang dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita, yaitu bagian hidupnya yang merubah nasib tokoh tersebut. Bila roman beraliran romantik, sedangkan novel beraliran ralisme (kenyataan), kadang-kadang naturalisme (alamiah).
Contoh : Pulang (Toha Mukhtar), Perburuan (Pramudia A. Toer)

c. Cerpen
         Cerpen adalah semacam cerita rekaan. Cerpen lebih pendek daripada novel, sehingga bisa selesai dibaca dalam tempo satu atau dua jam. Dalam novel krisis (pergolakan) jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib, tetapi dalam cerpen kritis tersebut tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya. Cerpen dapat kita temui dalam majalah-majalah. Cerpen meliputi kisah, cerita ataupun lukisan.

d. Kisah
         Pengertian lama kisah ialah ceritra tentang perjalanan. Dalam kesusastraan modern kisah sama saja dengan cerita biasa, yaitu yang menceritakan tentang sesuatu hal baik benda hidup maupun benda mati.
Contoh : Kisah pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan (Kisah Lama), Kisah Sebuah Celana Pendek (Kisah Modern)

e. Biografi dan Otobiografi
         Biografi ialah catatan riwayat hidup seseorang, jasanya dalam masyarakat, yang ditulis oleh orang lain.
Contoh : Dr. Sutomo (Wahid Ratu), W.R. Supratman (Matu Mona)
Otobiografi ialah catatan riwayat hidup yang ditulis oleh diri sendiri.
Contoh : Kenangan Pangeran Ahmad Djajadiningrat

f. Drama
         Ialah ceritra atau karangan yang berbentuk skenario lengkap, dimana semuanya telah diuraikan secara rinci oleh penulis drama, misalnya kalimat-kalimat yang harus diucapkan oleh pemain, sikap dan gerak-gerik yang harus dimainkan oleh pemain juga tempat adegan dalam cerita drama diuraikan secara rinci oleh penulisnya. Bahasa yang dipakai disesuaikan dengan bahasa golongan pelaku.
Didalam drama biasanya terdapat :
        a. Dialog : Percakapan antara dua orang sesuai dengan perbuatannya.
b. Prolog : Kata pendahuluan
 c. Epilog : Kata penutup untuk mencantumkan dan mengikhtisarkan nilai-nilai yang dikandung.
g. Esai dan Kritik
         Esai ialah suatu kupasan atau pembicaraan tentang obyek kebudayaan atau seni. Peninjauan obyek itu sendiri pandangan penulis esai tersebut, itulah sebabnya esai bersifat subyektif.
         Penulis esai tidak menggubah sesuatu, ia hanya membicarakan suatu cipta hasil karya orang lain.
Kritik lain dengan esai, kalau esai sifatnya subyektif maka kritik sifatnya haruslah obyektif. Dalam kritik penulis mengemukakan kebaikan maupun kekurangan dari tulisan yang dikritiknya. Sehingga kritik bisa diterima oleh semua pihak, baik orang lain maupun penulis yang dikritiknya.
Yang termasuk essayist (ahli essay) antara lain :
a. Armin Pane : Mengupas Kesusastraan Indonesia Baru
b. Adiegoro : Mengupas Revolusi dan Kebudayaan
c. Asmar Ismail : Mengupas Drama
(eci-muachpinky.blogspot.com)

2.2           Unsur Intrinsik Novel


1)    Tema, adalah gagasan utama yang menjiwai keseluruhan cerita. Biasanya tema dalam cerita dituliskan secara tersirat (secara tidak langsung).
2)    Alur atau plot, adalah jalannya cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.
Macam-macam alur:
-    Alur konvensional atau maju atau progresif. Cerita diceritakan secara kronologis
atau runut dari awal sampai akhir
-    Alur konvensional atau mundur atau flashback. Cerita dengan menoleh ke
belakang atau membayangkan masa lalu
-    Alur campuran atau maju-mundur. Campuran dari cerita maju dan mundur.
Tahapan pengaluran:
-    Perkenalan. Dalam tahapan ini, penulis memperkenalkan tokoh-tokoh dan latar cerita.
-    Awal konflik. Mulai timbul permasalahan.
-    Konflik mulai berkembang. Masalah bertambah rumit.
-    Klimaks. Masalah memuncak.
-    Konflik menurun. Masalah mulai menurun karena sudah ada penyelesaian masalah.
-    Penyelesaian. Akhir dari cerita, apakah berakhir bahagia, sedih, atau dibuat menggantung.
3)    Setting atau latar, ada waktu, tempat, dan suasana.
4)    Tokoh dan penokohan. Tokoh adalah pelaku yang memerankan cerita, sedangkan penokohan adalah karakter atau sifat atau watak dari tokoh. Untuk mengetahui karakter tokoh bisa dengan cara:
Ada enam jenis penokohan, yaitu:
a.              Protagonis, adalah tokoh utama yang pada umumnya berkarakter baik, jadi idola atau pahlawan
b.             Antagonis, adalah tokoh utama yang pada umumnya berkarakter jahat, lawan dari tokoh protagonis
c.              Utama, adalah tokoh muncul dari awal sampai akhir cerita.
d.                 Sampingan, adalah tokoh yang didatangkan untuk tujuan melengkapi cerita
e.              Bulat, adalah tokoh yang memiliki karaktrer yang mendapat perubahan ( dinamis )
f.              Datar, adalah tokoh yang memiliki karakter yang tidak berubah ( statis )

5)    Sudut pandang atau point of view, adalah posisi penulis dalam cerita.
a.       Orang pertama. Penulis berposisi sebagai ‘aku’ dalam cerita. Penulis seolah-olah menceritakan kehidupan dia sendiri
b.      Orang ketiga. Penulis berposisi sebagai pencerita dan berada di luar cerita. Penulis menggunakan ‘dia’ atau kata ganti orang ketiga.
6)    Gaya Bahasa, adalah pilihan kata yang dipakai oleh penulis dalam cerita untuk menghidupkan dan memperindah cerita.

2.3          Unsur Ekstrinsik Novel
Unsur ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai itu antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya.
1.    Nilai Spiritual/Religius
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran
yang bersumber dari agama tertentu.
2.    Nilai Moral
       Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan
akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang
baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
3.    Nilai Budaya
       Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-
istiadat yang berlaku pada suatu daerah. Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.


BAB III
ANALISIS NOVEL “Maryamah Karpov”

3.1Analisis Unsur Intrinsik Novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata
3.1.1      Tema : Romance
                  Bukti:  buku ini berkisah tentang pencarian A Ling, cinta sejati Ikal.
3.1.2      Alur/Plot/urutan peristiwa :
a.     Jenis alur : Campuran
Bukti   : “Sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang. Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis,bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa.” (halaman 139)

b.     Tahapan Alur
1.      Tahap perkenalan ( persuasi )
“Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu,sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195).
2.      Tahap awal konflik ( konflik mulai muncul )
“Pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar kemana-mana, dan aku dituduh sakit jiwa. Sampa-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak tahan berhari-hari dicela.” (halaman 237)

3.      Konflik mulai berkembang
“Dengan aba-aba dari Lintang, pompa dihidupkan. Percobaan pertama, dan ternyata gagal. Sebab, ternyata sangat susah menggosongkan drum secara simultan. Empat drum melonjak ke permukaan, jelas tak mampu menggerakkan perhu sedikitpun. Perahu itu sangat berat seperti sebuah panser yang terbenam. Eksyen dan komplotannya berteriak-teriak girang melihat kami gagal.” (halaman 343)
4.      Klimaks ( puncak konflik )
“Sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin dekat. Lalu kudengar letupan-letupan senapan. Merekan menembaki perahu kami dengan senapan rakitan. Mahar menaikkan layar dan aku memutar haluan. Tujuan kami adalah timur dan angin barat serta merta mendorong kami.” (halaman 430)

5.      Konflik menurun
“Rupanya nelayan-nelayan yang kami temui di karang lampu telah mengabarkan bahwa  kami  pulang dari Batuan dan membawa anak gadis Tionghoa itu.  Dermaga ramai seperti kami berangkat dulu. Perahu  merapat. Lintang berseru sambil melambai-lambaikan tangannya. "Galilei, Admiral Hook! Selamat datang!" (halaman 232)

6.      Penyelesaian
“Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menunggu. Kami hanya diam, tapi A ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah naga. Ia sensenggukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah menguncur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulungkan lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Ku katakan padanya bahwa aku tak’kan menyerah pada apapun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat ke Batuan. Ku katakan padanya, aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura.” (halaman 269)

3.1.3      Latar ( setting ) :
1.)  Latar tempat
a.    Ruang Ujian Tesis
Ruang ujian sidang tesis itu terletak di ujung selasar...” (halaman 10)
b.    Pasar Jenggo
“Sepeda meluncur deras melewati Pasar Jenggo.” (halaman 4)
c.    Prancis
“...waktu buka puasa baru hinggap di Skandinavia, masih sangat jauh dari Prancis.” (hal.  9)
d.    La Rue Hector Mallot
“Aku pulang sendirian ke apartemenku di La Rue Hector Mallot.” (halaman 17)
e.    Menara Bastille
“Dibawah Menara Bastille, aku melamun, lalu menarik garis perjalanan.....” (halaman 17)
f.    Edensor
“Esok paginya, aku naik bus lagi menuju Edendsor. “(halaman 18)
g.    Rotterdam
“Di Rotterdam aku hinggap disebuah kafe....” (halaman 21)
h.    Bandara Schiphol
“...aku berangkat ke Bandara Schiphol.” (halaman 22)
i.      Bandara Soekarno Hatta
“Keluar dari anjungan internasional Bandara Soekarno Hatta...” (halaman 24)
j.      Kapal Lawit
“Semuanya demi, dua puluh empat jam kemudahan di atas Kapal Lawit...” (halaman 25)
k.    Pulau Belitong
“Setelah ini, di Belitong, tentu hidupku akan kembali berlinang madu.” (halaman 31)
l.      Toko Sinar Harapan
“...berdiri di depan Toko Sinar Harapan ini,  dari satu detik...” (halaman 45)
m.  Warung kopi usah kau kenang lagi
“Bergabunglah aku di Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi dengan...” (halaman 70)
n.    Sungai Linggang
“...dengan kecepatan optimal dari bawah jembatan Sungai Linggang sampai...” (hal. 156)
o.    Perpustakaan Pangkal Pinang
“Sedang menunggumu di perpustakaan Pangkal Pinang. “(halaman 166)
p.      Kapal Mimpi-Mimpi Lintang
Mimpi-Mimpi Lintang menyelusuri delta...” (halaman 193)
q.    Kepulauan Batuan
“Dalam sehari itu tak mungkin aku dapat menjelajahi seluruh sisa Pulau Batuan.” (halaman 229)
r.     Lapangan Padang Bulan
Lapangan Padang Bulan telah kosong saat aku tiba. (halaman 269)
s.     Pasar Manggar
“Sampai di Pasar Manggar, keringatku bercucuran. (halaman 266)
t.      Bukit Selumar
“...tanjakan Bukit Selumar ini bukan sembarang.” (halaman 265)

2.)          Latar waktu
a.      Sore itu
Sore itu datang ke rumah ibuku sama sekali bukan...” (hal. 50)
b.      Hari ini
“Ia tak telanjur mengumumkan pada masyarakat bahwa hari ini Dokter Diaz.” (hal. 94)
c.       Malamnya
Malamnya kami mengunjungi pasar malam: tong setan...” (hal. 265)
d.      Sore ini
“Aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri...” (hal. 17)
e.       Pagi menjelang
Pagi menjelang, dan kembali aku  menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ketika melihat Nai makan. (hal. 202)
f.        Sejak shubuh
Sejak subuh tadi ketika kami menemukan Nai, Mahar tak sedetik pun berpaling menatap perempuan itu. (hal. 202)
g.      Dini hari kelam
Hari berikutnya, dini hari benar, kami berangkat ke pulau ketiga. (hal. 227)

3.)  Latar suasana
a.    Senang
“Sabtu sore, bak sejoli camar, aku dan A Ling bersampan dari bawah  jembatan Linggang sampai ke muara.” (hal. 265)
b.    Takut
“Sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin dekat. Lalu kudengar letupan-letupan senapan. Mereka menembaki perahu kami dengan senapan rakitan.” (hal. 231)



c.    Cemas
“Seorang perempuan pernah memperlihatkan padaku tato bergambar kupu-kupu itu di atas lengannya. Tubuhku gemetar. Mayat lelaki berambut panjang dengan wajah hancur di depanku ini mungkin petunjuk dari orang yang telah kucari seumur hidupku: A Ling.” (hal. 113)
d.    Teggang
“Aku terperanjat tak kepalang melihat dua puluh empat drum terlompat ke atas bersamaan dan detik berikutnya lututku gemetar melihat makhluk raksasa hitam terlonjak ke permukaan sungai, menyeruak dahsyat di antara gelembung air disertai suara bak paus raksasa menyemburkan napas.” (hal. 185)
e.    Sedih
Tak pernah seumur hidupku melihatnya menangis. Aku tak mampu berkata-kata. Ruh seperti
tercabut dari jasadku. Aku terkulai. (hal. 269)

3.1.4     Tokoh dan Penokohan :
Jenis Tokoh
Nama Tokoh
Karakter
Bukti
Tokoh Utama
Andrea Hirata (Ikal)
Fisik: Berambut panjang,
Laki-laki
Berkulit hitam legam
“Lelaki berambut panjang, tak masuk dalam hatinya.” (hal. 46)
“Hitam legam kulitku seperti amplas telapak tanganku.” (hal. 126)
Pskis: Keras kepala
Pantang menyerah
“Karena kejadian khitan dulu aku telah berjanji pada diriku sendiri dan pada alam semesta raya apa pun yang terjadi aku tak mau ke rumah sakit.” (hal. 110)
“Kucoba lagi lagu itu untuk kali keenam ratus sepuluh.” (hal. 165)
Sosiologis: Nahkoda
pengangguran
“Aku, sang nahkoda, memutar kemudi.” (hal. 193)
“Tanpa pekerjaan, berijazah universitas” (hal. 69)
Tokoh Sampingan
Ayah
Fisik: Laki-laki
“Bagi Ayah, naik pangkat adalah kata-kata ajaib  milik orang Jakarta.” (hal. 2)
Psikis: Berbesar hati, pendiam
“Namun tiba-tiba menegakkan tubuhnya. Sejurus kemudian ia berjalan menuju kawan-kawannya. Ayah menyalami mereka satu per satu untuk mengucapkan selamat.”
“Ayah yang amat pendiam (hal. 6)
Sosiologis: Kuli tukang cedok pasir
“Akan ada promosi bagi kaum kuli tukang cedok pasir di Wasrai.” (hal. 2)
Ibu
Fisik: Perempuan
Ibu, dengan wajah sedikit menerawang, menisik robek-robek kecil kemejaen-cimnya.” (hal. 7)
Psikis: Tekun
“Menunduk, tekun, tak banyak cincong.” (hal. 7)
Sosiologis: Ibu
Ibu, dengan wajah sedikit menerawang, menisik robek-robek kecil kemejaen-cimnya.” (hal. 7)
Lintang
Fisik:rambut kuning keriting, laki-laki, kurus,kuat
“Ia telah tumbuh menjadi pria yang sepenuhnya dewasa. Rambutnya masih kuning keritingBadannya kurus, tapi liat seperti mendiang ayahnya, lelaki cemara angin itu. Lengan – lengannya kuat seperti kayu namun bagiku, ia tetaplah matematikawanku.” (hal. 136)
Psikis: Pandai, lembut, membesarkan hati
“Lembut, senang membesarkan hati, tapi tak tampak siapapun berbicara.” (hal. 135)
Sosiologis: Juragan kopra
“Sekarang Lintang telah menjadi juragan kopra sekaligus pelatih kelapa yang piawai.” (hal. 144)
Arai
Fisik: Kurus, tinggi, tampan, Laki-laki
“Lelaki kurus tinggi itu, telah menjelma menjadi pria muda yang tampan” (hal. 47)
Psikis: setia, penakut
“Ia tak pernah sekalipun berpaling pada perempuan lain.” (hal. 108)
“Rasanya ingin aku terkencing-kencing. Aku dan Arai tak berani mendekat.” (hal. 86)
Sosiologis: mahasiswa
“Ada satu lowongan Ph. D. Riset di Universitas Essex di Colchester, Inggris, beasiswa penuh,” tulisnya.” (hal. 107)
A Ling
Fisik:Cantik, perempuan
“Namun, jika cantik-A ling contohnya-tatapannya mampu mencairkan tembaga
Perempuan Ho Pho itu tersenyum kecil padaku.” (hal. 71)
Psikis:

Sosiologis: orang Ho Pho
“A ling adalah orang Ho Pho bukan orang Hokian seperti yang kuduga.” (hal. 225)
Mahar
Fisik: laki-laki
“Sungguh romantis, seorang dukun muda jatuh hati pada seorang putri lanun. (hal. 221)
Psikis: pendiam, misterius
“Ia duduk sendiri, dan diam saja.” (hal. 144)
Sosiologis: Juru layar dan lasing
“Mahar, yang kutugaskan sebagai juru layar dan lasing, menaikkan layar.” (hal. 193)
Kalimut
Fisik: laki-laki, muka nampak tua, kekar
“...ia seusia denganku tapi wajahnya tampak lebih tua.” (hal. 195)
“...lelaki dari suku Sawang amat pilu melihat pemuda kekar yang polos itu.” (hal. 30)
Psikis: Gigih
"sekecil itu ia telah mencari nafkah.” (hal. 195)
Sosiologis: Pemikul karung timah
“Kalimut memikul karung timah sejak usianya sebelas tahun.” (hal. 195)
Eksyen
Fisik: Laki-laki
“Laki-laki paling menjengkelkan di kampung kami.” (hal. 129)
Psikis: suka menghina
“Eksyen adalah orang yang dalam dirinya dijejali hasrat untuk menghina.” (hal. 130)
Sosiologis: Pemimpin persatuan catur “Kesatria Timur”
“Tak lain karena ia pemimpin persatuan catur yang amat ternama: Kesatria Timur” (hal. 130)
Nai
Fisik: Kurus, pipinya cekung,  rambutnya panjang, kusut, dan tak terpelihara, perempuan
“Ia kurus bak tulang terbungkus kulit saja. Pipinya cekung tak berdaging. Rambutnya sangat panjang, kusut, dan masai, warnanya kelabu dan tak terpelihara kupastikan ia perempuan muda, tapi tampak tua renta.” (hal. 201)
Psikis: Tersiksa, Kelelahan
“Nai pun tertidur pulas membayar utang tidur selama 4 tahun.” (hal. 221)
Sosiologis: Anak nelayan Punai
“Punai yang telah menunggui Nai yang telah tertidur dua hari dua malam, wajahnya gembira. Sepertinya ia telah menemukan putrinya yang hilang selama 4 tahun.” (hal. 221)

Nurmi
Fisik: Perempuan
“Putri Mak Cik Maryamah karpov.” (hal. 146)
Psikis: Sabar
“Kucoba lagi lagu itu, untuk kali keenam ratus sepuluh. Nurmi melirikku. Aku mulai terbiasa, nada-nadaku terdengar jernih...” (hal. 165)
Sosiologis: pemain biola
“Putri Mak Cik Maryamah Karpov itu berdiri di pojok pertigaan, menggesek biolanya.” (hal. 146)
Lao  Mi
Fisik:

Psikis:Galak
“Pembeli yang rewel minta ini-itu dihardiknya.” (hal. 5)
Sosiologis:pembuat kue hok lo pan
“Ia pembuat kue hok lo pan terbaik di dunia.” (hal. 4)
Tuk Bayan Tula
Fisik: tubuhnya renta
“Meski makin renta aura seramnya, tak kisut.” (hal. 213)
Psikis: Sombong
Tuk memalingkan wajah...” (hal. 216)
Sosiologis: Dukun
“Bahkan, dukun langitTuk Bayan Tula, lindap diisap waktu.” (hal. 213)
Dokter Diaz
Fisik: Mungil, cantik, perempuan
“Ia adalah gadis Tionghoa yang cantik dan mungil.” (hal. 54)
Psikis: Tidak mudah menyerah
“Semuanya belum apa-apa sebab ketika Dokter Diaz menyentak tang gigi itu. Untuk kali kedua puluh enamnya. (hal. 253)
Sosiologis: Dokter Gigi
"Dokter gigi Budi Ardiaz namanya! Kalau kalian ingin tahu!" kata Minar. (hal. 51)
LaPlagia
Fisik: Rambut sikat keriting hitam, beralis lebat bermata gelap, perempuan
“Dr. Antonia LaPlagia, 48 tahun, berambut sikat keriting hitam seperti palsu, beralis lebat, bermata gelap-Tipikal perempuan keras Sisilia.” (hal. 12)
Psikis: Temperamental
“Petinggi jurusan Economics Science yang kondang karena temperamental.” (hal. 11)
Sosiologis: Doctor
“Dr. Antonia LaPlagia...” (hal. 12)
Lucy Booth
Fisik: perempuan
Perempuan hampir tua...” (hal. 19)
Psikis: ramah
“Sapa ramah Lucy Booth.” (hal. 19)
Sosiologis: pemilik forgiven not forgotten dan bed and breakfast
Pemilik forgiven not forgotten dan bed and breakfast, satu-satunya akomodasi di Edensor.” (hal. 19)
Ketua Karmun
Fisik: Jakung, keningnya menonjol, matanya cekung, hidungnya bengkok, rambutnya kaku, giginya hitam
“Ketua karmun yang jakung, makin melengkung karena kurus. Keningnya memonjol dan matanya cekung seakan diisap tengkoraknya. Hidungnya bengkok dan rambutnya kaku acak-acakanGiginya sendiri hitam runcing-runcing.” (hal. 51)
Psikis: saklek, humoris
“Baru kutemukan yang model ketua karmun: saklek, humoris, tanpa tendeng aling-aling.” (hal. 46)
Sosiologis: Kepala Kampung
“Dipanggil ketua karmun sebab dia kepala kampung.” (hal. 46)
Bang Zaitun
Fisik:  Renta, laki laki
“Langkahnya renta...” (hal. 32)
Bang Zaitun hilir mudik di depanku mengangkat tas-tas penumpang lain.” (hal. 32)
Psikis:  Sedih
“...meski hatinya remuk redam, masih
sempat-sempatnya ia melantun.” (hal. 32)
Sosiologis: Sopir bus
Naiklah bus abang, langsung ke kampung!” (hal. 31)
Zainul Arifin
Fisik: Gempal, wajahnya lugu
“Zainul yang bertubuh gempal khas kuli dan berwajah seperti orang lugu tapi banyak utang adalah pembual kelas satu.” (hal. 76)
Psikis: pembohong
“Padahal, Kawan, sepeda motornya itu tak lebih dari Suzuki tangki biji nangka tahun 1968 yang jika digas keras-keras, bubuk karat berhamburan  dari kap rodanya.” (hal. 77)
Sosiologis: pembual
“Biang pembual paling jempolan tak lain Zainul Arifin.” (hal. 76)
Mahmudin
Fisik: laki laki
“Sering ia membonceng istrinya ke Pasar..” (hal. 97)
Psikis: Pelupa
“Kemudian mahmmudin dijuluki Mahmudin Pelupa.” (hal. 98)
Sosiologis: Pekerja pembuat jalan
“...Ketua Karmun menemukan pekerjaan untuk Mahmudin, yakni bekerja membuat jalan.” (hal. 98)
Tambok
Fisik: laki-laki
“...menolak pinangan seorang lelaki Batuan bernama Tambok.” (hal. 203)
Psikis: kejam
“Begitu  kejam, ditakuti setengah mati, tabu, dan misterius. (hal. 132)
Sosiologis: penyamun
“Mereka terjebak di Kepulauan Batuan dalam kuasa Tambok. Mereka dijadikan manusia dagangan dan dipaksa bekerja menjemur ikan...” (hal. 227)
Tokoh Antagonis
Tambok

“Dia penguasa Kepulauan Batuan dan dialah yang menenung Nai karena sakit hari ditampik. Dibiarkannya gadis remaja itu mati pelan - pelan. Tambok seperti pembenci kehidupan. Konon ia
mengutuki diri telah dilahirkan.” (hal. 210)
Eksyen

“Membuat perahu? Ha! membetulkan rantai sepeda lepas saja kau tak becus!" Eksyen berputar mengambil satu posisi di samping kananku dan menyalak. Ia tak lain gembong kaum tengik itu. Tawa   ejekan sambung-menyambung.” (hal. 129)
Tokoh protagonis
Lintang

“Tak ada yang istimewa sesungguhnya sebab aku hanya menerjemahkan dan menyimulasikan rumus-rumusnya. Lintanglah yang harus dikalungi medali dalam hal ini.” (hal. 181)
Mahar

“...dan putuslah harapan untuk dapat menemukan A Ling. Mahar menarik napas panjang. Ia tampak putus asa karena hanya tinggal punya dua harapan lagi.” (hal. 218)
Tokoh Bulat
Ikal

“Detik itu aku paham siasat lihai Ketua Karmun dan Mahar. Mereka memanfaatkan A Ling mentah-mentah untuk menggiringku ke klinik  gigi itu.  Mereka tahu, aku tak kan berkutik di depan perempuan  Ho Pho itu.” (hal. 243)
Tokoh Datar
Lintang

“Motor dobel 40 tenaga kuda. Dengan takaran ini, dalam angin selatan tenang, perahumu dapat melesat sampai 35 knot Itulah, Boi,yang kumaksud perahu Asteroid!" Lintang memberiku solusi sampai tingkat ketelitian sentimeter. Mulutku ternganga.” (hal. 157)
Ayah

“Ayah masih saja pendiam. Sering aku bertanya pada diri sendui mengapa ayahku   begitu pendiam? Apakah ia sedang menjalani semacam ujian?” (hal.47)


3.1.5        Sudut Pandang :
Orang pertama adalah tokoh utama
Bukti: “Aku datang. Deborah, Oh, dan beberapa gadis muda dari universitas lain yang tak kukenal—kuduga dari Shanghai sebab semlohai bukan main—rupanya telah bertindak selaku penerima tamu.” (halaman 20)
3.1.6  Gaya Bahasa :
 Gaya bahasa metafora memiliki pengertian membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata penghubung sebagai pembanding.Penggunaan bentuk gaya bahasa metafora pada tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 206 data. Tipe gaya bahasa yang digunakan dalam tetralogi novel karya Andrea Hirata berjumlah 9 yaitu; Being, Cosmos, Energi, Substansi, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human.






3.2      Analisis Unsur Ekstrinsik Novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata

3.2.1        Nilai Moral
        Tidak mudah menyerah
“Angin semilir meningkahi pucuk-pucuk pohon bintang. Kucoba lagi lagu itu, untuk kali keenam ratus sepuluh. Nurmi melirikku.” (halaman 165)
          Berusaha mencapai cita-cita
“Kenyataan ini meyakinkanku bahwa ekspedisi ke Batuan tak kan sekadar perjalanan berbahaya menghadapi badai dan bajak laut Selat Malaka demi mencari A Ling, tapi di negeri laut dan kepulauan ini, akan pula aku bertemu hal-hal baru yang misterius dan mencengangkan.” (halaman 200)
        Optimis
“Aku  bertekad membuktikan kepada Eksyen dan orang-orang sekampung bahwa aku bisa
membangun perahu, dan aku lelah karena tekad konyol itu.” (halaman 132)

3.2.2        Nilai Sosial
        Rukun
Orang kampung melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan, menunda semua rencana, dan berbondong-bondong ke rumah Lao Mi yang sederhana. Tak pernah aku melihat orang melayat sebanyak itu. (halaman 233)
        Solidaritas persahabatan
TAK dapat kusembunyikan gembiraku mendapatkan dukungan para sahabat lama. Rupanya kejadian aku dihina dina Eksyen dan gengnya di Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi sampai ke telinga mereka. (halaman 138)

3.2.3        Nilai Spiritual/Religius
        Jangan musyrik
“Hal-hal mustahil kadang kala mampu ditakluk ilmu: ilmiah maupun musyrik. Namun, kesaktian sang waktu tak tertekuk apa pun, siapa pun. Waktu bertindak sepasti ganjaran Tuhan.” (halaman 213)
          Mengaji
“Sesudah shalat subuh dan mengaji, ia duduk di kursi goyang sambil mendengar siaran radio Malaysia.” (halaman 4)

3.2.4      Nilai Budaya
        Ritual Tarik Perahu
“Aku diminta mengunyah sirih dan gambir bersama tetua orang-orang bersarung waktu tamborin dan tabJa mulai dibunyikan, seorang perempuan tuaorang bersarung menaburkan bunga dan beras di sepanjang jalur kayu-kayu bulat, dan Rafiqi berteriak memberi aba-aba agar puluhan lelaki bertubuh kekar menjejakkan kaki dengan tegas ke bumi, menarik napas, dan membuangnya sambil menyentak perahu.” (halaman 191)
        Memakai sarung
“Orang-orang penting dari suku Sawang-lima kepala suku yang masih hidup- orang-orang bersarung, melayu, Tionghua semua variasi suku dan dukun semua urusan diundang.” (halaman 246)
        Taruhan
“Bentuk lain humor bagi subetnik Ho Pho yang unik ini adalah taruhan. Taruhan merupakan salah satu guyonan favorit mereka, dan taruhan mereka selalu gila-gilaan.” (halaman 72)

3.3      Sinopsis
Ikal yang telah lulus dari Universitas Sorbonne, mengikuti Farewell Party-nya di Prancis. Pada saat sampai di Belitong, Ikal naik bus dan bertemu kembali dengan Bang Zaitun. Kepulangan Ikal di kampungnya disambut dengan antusias oleh warga kampungnya. Dan di Belitong akan kedatangan dokter gigi dari Jakarta. Arai akhirnya menikah dengan Zakiah Nurmala. Saat Ikal sakit gigi ia disuruh dan dipaksa-paksa oleh Kepala Kampung yaitu Ketua Karmun untuk pergi ke dokter gigi baru dari Jakarta. Tapi ia tetap tidak mau.

Ada beberapa orang yang ditemukan mati di tengah laut. Dan kemungkinan mereka adalah
 salah satu kunci untuk pencarian A Ling karena mereka masih berhubungan keluarga dengan A Ling. Lalu Ikal memutuskan untuk membuat perahu untuk berlayar mencari A Ling yang kemungkinan hilang di gugusan kepulauan Batuan. Ikal pun bertemu kembali dengan sahabat-sahabat Laskar Pelanginya juga teman-teman Societeit de Limpai. Ikal bertemu kembali dengan Lintang, Mahar, Samson, Syahdan, Sahara, Trapani, Harun, A Kiong, Flo, juga Kucai.

Dengan bantuan teman-temanya -apalagi Lintang dan Mahar yang banyak membantu Ikal
membuat kapal- Ikal dapat membuat kapal tepat waktu. Pada masa pembuatan perahu, Ikal juga belajar bermain Biola Nurmi yaitu anak Mak Cik Maryamah. Akhirnya perahu pun jadi dan diberi nama Mimpi-Mimpi Lintang. Ikal, Mahar, Chung Fa dan Kalimut pun berlayar. Mereka bertemu Tuk Bayan Tula dulu siapa tahu A Ling disekap Tuk Bayan Tula. 

Mereka juga bertemu seseorang bernama Dayang Kaw yang memberitau bahwa mungkin A Ling ada di Batuan dan disekap oleh sebuah Lanun bernama Tambok. Akhirnya, A Ling ditemukan di Batuan, dan mereka akhirnya bisa pulang. Sesampainya di Belitong, Ikal dipaksa lagi untuk ke dokter gigi dan Ikal mau. Padahal ada orang yang sudah bertaruh bahwa Ikal tidak akan pernah ke dokter gigi. Pada akhir cerita, Ikal meminta izin kepada ayahnya untuk meminang A Ling tetapi tidak diperbolehkan.


3.4      Amanat
  • Kita sepatutnya memperjuangkan cinta demi kebahagiaan hidup ini, walaupun cara untuk memperjuangkan cinta itu penuh dengan pengorbanan
  • Berusah untuk selalu tepat waktu
  • Kegagalan adalah sukses yang tertunda,sehingga dengan seni dapat memberi ilmu untuk menyiasati hidup
  • Siapa yang menabur senyum , dialah yang akan menuai cinta
  • Seseorang yang menjadi sumber kekuatan terbesar adalah pula sumber kelemahan terbesar
  • Menurut ketentuan agama, tak boleh mendiamkan orang tua bertanya lebih dari tiga kali.
  • Kita harus saling menolong
  • Tidak mudah putus asa
















BAB IV
PENUTUP

      4.1 Kesimpulan
Novel Maryamah Karpov bertema romance, yang menceritakan Ikal dalam mencari cinta sejatinya yaitu A Ling. Meskipun banyak rintangan yang harus dilalui Ikal tak pantang menyerah mencari A Ling, karena pepatah mengatakan berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Oleh sebab itu kita tidak boleh mudah putus asa dan kita harus bisa memperjuangkan apa yang ingin kita capai.Dalam novel tersebut Ikal sangat sering mengalami kegagalan tetapi dia tidak menyerah karena yang ia lakukan adalah untuk menyelamatkan cinta sejatinya. Dengan dibantu oleh Lintang, Mahar, dan kawan-kawan Laskar Pelangi, Ikal dapat menemukan A Ling.Banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari novel tersebut. Terutama tentang kesetiakawanan dan kebulatan tekat untuk menggapai impian.

      4.2 Saran
      Buku “Maryamah Karpov” sangat disayangkan jika tidak dibaca, karena banyak pelajaran moral yang dapat diambil baik oleh generasi tua maupun generasi muda. Kurangnya minat membaca siswa akan sastra dikarenakan buku sastra sulit dicari. Apabila di setiap perpustakaan sekolah disediakan buku-buku sastra maupun buku lainnya akan sangat bermanfaat bagi siswa. Karena dapat menambah wawasan dan juga perbenaharaan kata. Sebaiknya kita para generasi muda tidak melupakan sastra yang sudah mulai pudar ini.


Daftar Pustaka

Novel Maryamah Karpov karya Andrea hirata



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Ulasan Film Merry Riana "Meraih Sejuta Dollar Bersama Merry Riana"

BOOK REVIEW: ISTANBUL – RETNI SB