Cerita Pendek

Belenggu Hitam Putih

Pyar! sebuah bola lampu pecah,
“ Hentikan!” teriak seorang anak kecil.
“Apa yang kau lakukan, cepat pergi!” gertak seorang laki-laki yang sepertinya ditujukan kepada anak itu. Sekelilingnya hanya ada pepohonan hijau yang mulai memudar diterpa kabut hitam yang membawa ayahnya pergi. Rumahnya rusak berat tak ada yang berani mendekat, hanya sepasang burung gagak yang hinggap di sebuah pohon besar tepi rumah.
Sebuah pertempuaran baru saja terjadi, banyak yang rusak dan sedikit yang tersisa dari sebuah rumah kecil yang ditempati sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu , dan seorang anak tunggal yang kesepian.
“Apa yang terjadi?” bentak seorang Kakek kepada pemuda dari desa supranatural yang penuh dengan hal magis, Gagondyla.
“Apa yang terjadi?” bentaknya lagi, tapi tak ada yang menjawab semua diam seribu bahasa seolah menymbunyikan sebuah aib luar biasa.
“Suami penyihir hitam dibunuh oleh seorang nenek.” Seorang angkat bicara. Kekek itu menghampiri anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, wajahnya terlihat takut, tapi dia menunjukkan kemarahan yang luar biasa.
“Ikutlah bersamaku!” perintahnya, anak itu tak menggubris perkataannya dan mulai menangis sambil melafadkan sebuah mantra atau entahlah. Sekarang kau aman kata kakek itu sambil menyeretnya ke hutan.
“Kau ini anak laki-laki, kuatlah.” katanya pelan sambil mengusap kepala anak laki-laki itu pelan.                       
Namanya Lucy Pattrinson, ia lahir di London, anak pertama dari dua bersaudara, pendiam, tapi cerdas.
“Lucy! Cepat kemari.” Terdengar suara seorang wanita tengah memanggilnya.
“Iya, bu sebentar.”
Hari ini matahari bersinar terang, awan kelabu mulai gembira. Setidaknya Aeolus berbaik hati hari ini. Lucy turun kelantai bawah mengenakan baju piama longgar berwarna abu-abu dan jaket biru kesayangannya.
“Lucy, kita kedatangan tamu tebak siapa?” kata ayah Lucy.
“Paling cuma seorang nenek tua yang kelelahan dan kalian menyuruhnya masuk ke rumah.” Susul suara seorang anak laki-laki yang tengah berdiri disampingnya sambil membuat kapal kertas, adiknya June Pattrinson.
            “Hai! Sepupu aku akan menghabiskan libur tahun ini berasama kalian, semoga menyenangkan.” Katanya.
“Kakak, apakah dia Luke Edmayers? dia sangat keren dan terlihat seperti istimewa. Dan satu lagi dia yang menyebabkanmu-.“
 “Sudahlah jangan membicarakan hal itu lagi, Aku sangat muak dengan dia. Jangan pernah bersikap sok ramah terhadapnya atau dia akan memakanmu.” Protes Lucy keras, terhadap adiknya.
Mereka sarapan bersama diruang makan yang penuh dengan benda benda antik, koleksi ibu Lucy. “Besok kita akan mengadakan perkemahan disekitar bukit kalian semua harus ikut, dan tidak boleh ada alasan mengerti?” Ayah Lucy membuka percakapan yang sepertinya paksaan.
 “Baiklah asalkan kami dapat menjelajahi hutan, Aku akan ikut.” Timpal June.
“Terserah” jawab ibu Lucy pasrah.
            Mereka berangkat pagi sekali, “Ayo, cepatlah nanti kita tidak dapat tempat untuk berkemah!” kata Ayah Lucy. Mereka semua masuk kedalam van milik Ayah Lucy, dan segera berangkat.
“Luke! Aku sudah lama tidak melihatmu kemana saja kau?” tanya June.
“Panggil dia kakak!” bentak Ibu Lucy kepada June. Lucy hanya tersenyum.
“Aku pergi bersama ayahku.” Jawab Luke singkat.
“Kukira kau takut kepada Lucy, karena telah... upps maaf Aku lupa.” Kata June sambil tersenyum jahil kepada kakaknya. Lucy hanya memelototinya.
            “Kita sampai!” seru ayah Lucy. Perkemahan cukup ramai banyak orang datang untuk berkemah bersama keluarganya. Luke menatap Lucy lama, ingin sekali dia menjelaskan tentang masa alunya kepada Lucy, bahwa sebenarnya mereka bukan saudara, Luke adalah anak yang diadopsi oleh keluarga pamannya Lucy. Namanya berubah menjadi Luke Edmayers sejak itu.
            “Ayah, Aku sudah membantu mendirikan tenda, sekarang bolehkah Aku memulai ekspedisiku.” Tanya June.
“Tunggu sebentar, kalau kau ingin pergi suruh Luke dan Lucy menemanimu, ini perintah ayah, jangan membangkang. Jangan pergi jauh jauh,kau harus selalu berada didekat mereka.” Kata ayah Lucy.
Tidak heran dia disuruh pergi bersama Lucy dan Luke, karena konon katanya di sini banyak sekali peristiwa magis terjadi. Mungin ayah takut akan terjadi sesuatu terhadap June jadi dia menyuruh June pergi dengan kedua kakaknya.
            “Lucy, Luke kemana kalian?”
”Hei jangan berteriak, Aku sudah dengar!” Bentak Lucy kepada June. Luke muncul dari belakang Lucy dan membuatnya kaget.
            Mereka masuk kedalam hutan yang cukup gelap tapi sangat indah, banyak sekali bunga liar, dan juga burung – burung yang mempunyai bulu cantik berterbangan.
“Lucy, June apakah kalian tahu tentang hutan ini.” Tanya Luke.
“Tentu saja Aku sangat penasaran dengan hutan ini, dan sekarang Aku sudah melihatnya.” Jawab June dengan sumringah.
“Kau takut?” tanya Lucy kepada Luke. Ia tidak menjawab.
            Tiba-tiba hujan turun dengan deras, untungnya mereka bisa berteduh di sebuah rumah kecil di hutan.
“Lucy, Luke bagaimana ini?” tanya June dengan wajah penuh kekhawatiran.
“Tenanglah” jawab Luke dengan percaya diri. Hujan tak kunjung reda, malahan lebih deras. Mereka memutuskan untuk masuk ke rumah itu. Saat pintu terbuka kreeett...... rumah kosong.
“Permisi” kata Luke. Tak ada sahutan ataupun tanda tanda ada orang yang tinggal disana. Rumah itu bagus, banyak sekali senjata-senjata perang yang disimpan didalamnya. Juga piring antik yang sangat disukai Ibu Lucy.
“Hei, ini rumah yang bagus untuk dirampok bukan?” kata Lucy.
“Ya, tapi tak ada satupun barang yang rusak, dan semuanya berharga.” Sambung June.
“Lucy, June, Luke kalian ada dimana?” teriak ayah Lucy.
“Kami ada disini ayah” teriak June sambil melihat sebuah cermin yang memantulkan bayangan ayahnya.
“Kenapa mereka tidak bisa melihat rumah ini?” tanya Luke.
“Entahlah tapi firasatku tidak enak.” Jawab Lucy.
“Ayah, lihatlah disampingmu ada rumah.” Teriak June.
 “Sudahlah June, mereka tidak bisa melihat rumah ini, rumah ini dimantrai.” Kata Luke.
“Maksudmu?” Lucy tercengang dengan apa yang dimaksudkan Luke mengenai “mantra”.
“Entahlah, Aku masih bingung, tapi Aku sangat yakin kalau sihir masih digunakan.” Kata Luke.
“Ayah? Apa benar kau tak bisa melihat kami?” kata June sambil menyentuh cermin.
“Tunggu June jangan sentuh­.....” kata Luke.
“...cermin itu.” Lanjut Luke, yang telah mendapati mereka semua berada di tempat yang tak seharusnya.
“Kita dimana?” tanya Lucy. Tak ada yang menjawab. Srett...sret... ada suara dari belakang semak semak.
“Apa kita akan baik baik saja? Atau para Dyrad sedang mengganggu kita?” tanya Lucy.
“Apa itu Dyrad?” tanya June.
“Sekarang bukan saat yang tepat untuk membahas itu, cepat lari!” perintah Luke.
“Hei kenapa kalian berlari?” tanya seorang dari pemburu itu, kepada mereka.
“Aku teman, ingin membantu kalian.” Mereka tak menggubris anak laki laki tadi dan terus berlari. bukk....
“Sudah ku bilang jangan berlari” katanya.
“Hei, kau tak apa apa?” tanya Luke kepada June yang kakinya tersandung batu yang tiba tiba muncul. “tenang” kata June sambil berusaha berdiri.
Anak laki laki itu menghampiri mereka, “Hai namaku Lorgan, kalian siapa, darimana, untuk apa datang kesini, m..?”
“Stop, sedikit sedikit saja” kata June. “Aku Luke, ini Lucy dan June, kami dari London, kami tersesat, dan dimana ini? Jelas Luke.
“Oke, Aku akan menjelaskannya kalian ada di Gagondyla, desa kami.” Jelas Lorgan.
“Go ganjilat? Apa itu?” kata June dengan tertawa.
“Nama yang aneh untuk desa yang aneh.” Kata Lucy.
“Itu Gogandyla, desa kami.” Kata Lorgan
Mereka berkeliling disekitar desa, Lorgan menjelaskan semua dari desa ini, tentang sihirnya, kehebatan Kakeknya, dan kematian orang tuanya.
“Kami turut berduka.” Kata Luke.
“Kalian akan tinggal dirumahku, bersama Kakek Pan.” Kata Lorgan. Mereka semua setuju, dan bergegas pergi, tapi ada yang aneh dengan Lucy semenjak masuk desa Gagondyla. Mereka sampai di rumah tua yang cukup inadah.
“Kakek, Aku pulang!” teriak Lorgan layaknya seorang anak kecil yang seminggu sudah tidak pulang. “Ini teman – temanku, mereka dari London, bolehkah mereka menginap disini?” tanya Lorgan.
“Tentu saja” kata Kakek Pan, suaranya aneh tapi berwibawa, dari suaranya mereka sudah tahu pasti Kakek Pan seorang pemimpin.
“Terima kasih, nama saya Lucy, ini adik saya June, dan ini Luke.”
Mereka duduk di meja makan berbentuk oval panjang dengan perapian yang menyala,
“Kakek, Bagaimana caranya kami bisa pulang?” tanya Luke. Kakek Pan tidak merespon sama sekali kelihatannya dia sedang berpikir.
“Aku tahu, tapi ini tidak mudah.” Katanya tenang. Hawa dingin berhembus diseluruh ruangan padahal api masih berkobar. Ruangan itu penuh dengan misteri.
“Kalian harus menaklukan naga, itu cara satu satunya karena cermin yang membawa kalian kemari dijaga oleh naga itu.” Jelasnya.
“Apa kami cukup kuat untuk menaklukan seekor naga? Kami tidak pernah melihat naga sebelumnya.” Tanya June.
“Aku yakin kalian bisa, nanti akan Aku latih kalian semua.” Kata Kakek Pan.
“Bolehkah Aku ikut, Kakek?” tanya Lorgan.
 “Tentu sja terserah kau, kau ingin melawan naga rupanya.” Kata Kakek Pan.
Mereka pergi ke perpustakaan desa yang tak jauh dari rumah Kakek Pan, dia menyuruh mereka mencari penjelasan dari naga Shapira, naga yang harus mereka hadapi nanti.
“Apa kalian menemukannya?” tanya Lucy.
“Yap, disini.” Balas June. Disini diceritakan bahwa pemilik naga saphira hilang, dia mempunyai kekuatan luar biasa hebat, tapi akan lemah jika tak ada pemiliknya, menjaga sebuah cermin ajaib yang bisa membawa ke dunia manapun. Berada di gua di dalam hutan Kelam.
“Kalian tahu apa yang dimaksudkan?” tanya Lorgan
“Tentu saja, dan kita akan lebih mudah mendapat cermin itu karena pemilikya hilang.” Kata Luke. Mereka pulang dan menemui Kakek pan yang telah mempersiapkan alat alat untuk latihan.
“Hai anak anak kalian siap melakukannya?” tanya Kakek Pan.
“Tentu saja” jawab June.
3 hari kemudian.....
Mereka siap berangkat dengan perbekalan masing masing. Kakek Pan mengantarkan mereka ke tepi hutan dan memberinya sebuah peta, ia menasehati mereka untuk berhati hati terhadap orang lain.
“Awas jika ada serigala berbulu domba, mereka banya berkeliaran.” Pesan Kakek Pan sebelum pergi.
“Lorgan, kenapa kita harus berhati –hati terhadap domba?” tanya June dengan wajah innocent-nya.
“Jangan dipikirkan, perhatikan saja petanya.”
Mereka melewati hutan kelam yang konon banyak sekali makhluk buas disitu, kebanyakan orang tidak kembali setelah memasuki hutan itu, atau mereka mengalami stress berat. Hutan kelam sangat gelap, meskipun cahaya matahari terang. “Ssst...”desis Lorgan sambil menutup mulut Luke yang hampir bersin akibat serbuk bunga beracun yang tak sengaja ia hirup.
“Ada troll kita harus berhati-hati kal...” Jelas Lorgan.
Bukk...  Lucy terjatuh karena menyandung akar pohon tua yang seakan memberitahukan bahwa mereka akan mati.
“Siapa disana?” kata seorang troll tua yang paling kecil badannya, yang kira-kira tingginya sekitar 2,5 meter menurut taksiran June.
“Cepat keluarlah, Aku mencium bau manusia” katanya. Trol yang lainpun ikut bergumam.
“Aku sudah lama tidak makan manusia kelihatannya akan sangat enak..” desah salah satu troll, yang cukup menakutkan bagi June.
“Apa yang kalian lakukan!cepat lari!” bentak Luke. June masih diam ditempat, Lorgan membantu Lucy berdiri. “Lari!” bentaknya lagi. Mereka berlari sekencang mungkin, lima langkah sama dengan satu langkah kaki troll. Ada empat troll yang mengejar, mereka memutuskan berpisah jalan, tapi tetap saja.
Lucy berlari kearah semak semak berduri. Bajunya tersangkut salah satu duri tanaman itu ia tidak bisa lepas. “Apa yang akan kau lakukan, gadis manis?” ejeknya sambil tertawa renyah. “Kau tidak bisa kemana mana lagi, kami akan memakanmu.” Lanjutnya. Lucy terpojok dan mencoba menarik bajunya lagi, berhasil.
“Aaaa jangan kabur gadis kecil.” Seorang troll berada di belakangnya. Lucy mengeluarkan anak panah dan mencoba menembak ke arah troll, tapi percuma panah itu seperti seperti lidi yang tak ada apa-apanya bagi troll. Lucy melemparkan sebuah batu di mata troll, yang cukup untuk menghambatnya.
“Sialan, akan ku makan kau mentah mentah” teriak troll. Lucy lupa kalau dibelakngnya ada troll lagi ia megelak dan terus mengelak, tapi sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh. Lucy tertangkap.
June berlari secepat mungkin, ia melompati akar akar pohon yang berusaha menjatuhkannya.
 “Tangkap Aku kalau kou bisa Troll jelek!” teriaknya.
June memperlambat larinya,ia berhati –hati terhada kubangan lumpur berwarna hitam pekat yang muncul tiba tiba dari akar pohon. June hanya berlari mengitari dua pohon sambil terus bergerak, taktiknya membuat troll kewalahan dan berhenti mengejarnya lalu ia bisa mencari temannya yang lain. Usah June tak sia-sia troll kewalahan dan tertunduk lesu.
“Tangkap Aku kalau bisa”, teriaknya.
June berusaha mencari teman temannya tapi tidak ketemu. Tiba tiba troll muncul dan membawa kakaknya yang terikat tali. Ia panik dan berteriak teriak, salah satu troll mendengarnya, dan berbalik “Kita mendapat yang satu lagi.” katanya. June menerjang troll itu dengan pedang pemberian Kakek Pan saat di desa. Saat ia melangkah sebuah sulur pohon mengikat pergelangan kakinya, June jatuh dan terseret ke puncak pohon.
Luke berlari ke arah jamur beracun kakinya ia langkahkan hati hati supaya tidak menginjak jamur. Burung gagak ikut mengejarnya, mereka mematuki kepala Luke hingga menyisakan Luka yang cukup menghambat lari Luke. Troll terus saja mengejarnya hingga ke tepi tebing.
“Jangan bergerak atau aku akan terjun.” Teriak Luke.
“Terjunlah aku tak menghalangimu.” Jawabnya.
“Tapi kalau aku terjun kau tak akan makan manusia.” Timpal Luke.
“Benar juga, oke sekarang aku berhenit kemarilah.” Katanya.
Raksasa yang bodoh gumam Luke dalam hati. Tiba tiba angin berhembus dari belakan Luke hingga mampu menyeretnya mendekati raksasa. “Hahaha.... terima kasih dyrad” katanya. Saat Luke menoleh ke belakang ternyata tangannya dipegang oleh peri hutan.
“Kau tidak bisa lari lagi, anak pitar!” katanya. Luke menyiku Dyrad di kirinya yang membuatnya terpental, dan mengeluarkan pedangnya lalu mengibaskannya ke arah Dyrad disisi kanannya.”Terlambat anak muda!” kata troll. Kaki Luke terjerat sulur pohon, “Semua yang disini adalah teman kami mereka akan membantu kami.”lanjut raksasa.
Lorgan berhenti berlari dan mulai melawan naga dengan pedang peninggalan ayahnya dulu. Lorgan berhasil menusuk tangan kanan si Troll yang membawa kapak raksasa.
“AAAAA teriak troll, Aku akan membalasmu” katanya.
Tiba tiba tanah bergemuruh, segumpalan tanah muncul dan mulai menyerang Lorgan, ia tak bia bergerak karena tenggelam dimakan tanah, ia mencoba menghancurkan tanah dengan pedanya tapi gaea memang lebih kuat dari dia.
”Aku mencintaimu ibu pertiwi.”kata troll dengan tertawa. Semua berpihak padaku jagoan malang, lanjutnya. Mereka semua tertangkap dan dibawa ke segerombolan troll.
“Kalian tidak selamat juga.” Kata June.
“Mereka semua kuat, bagaimana kalau ini adalah malam terakhir kita?” tanya Lucy.
“Aku tidak berharap.” Jawab Luke. Segerombolan troll menuju kearah mereka dan membawa mereka mendekat ke api, sebagian troll sedang memasak disebuah panci besar.
Tiba tiba muncul seseorang dari kegelapan, dan memanggil salah satu troll. Lorgan mendengarnya samar-samar “Mereka milikku” itu yang didengar Lorgan.
“Baiklah anak-anak kita harus melepaskan makan malam kita.”kata troll yang berbicara dengan orang tadi. Para troll melepaskan tawanan mereka dan membiarkannya pergi. Tak seorangpun dari mereka berempat berbicara.
Setelah mereka melewati hutan kelam, dan beristirahat ditepi sungai Oxs.
“Kau tidak mendorong Lucy lagi?” tanya June kepada Luke sambil cengengesan.
“Sudah kubilang jangan membahas itu lagi, Aku sudah mengingatkanmu dari awal.” Kata Lucy dengan ketus. Meskipun sebenarnya ia tidak sepenuhnya marah dengan June. Semua diam lagi, Lorgan yang dari tadi terlihat memikirkan hal yang berat. Dan mereka beristirahat dimalam yang dingin itu.
Paginya mereka berlatih dengan senjata masing-masing, dan Lucy sedang memasak sesuatu dari perbekalan mereka.
“Aku masih capek, akankah kita berangkat lagi?” tanya June.
“Kalau kau ingin segera pulang jangan capek!” kata Lorgan.
“Lorgan terima kasih kau telah membantu kami” kata Luke. Lorgan hanya mengangguk. Sebuah pohon bergetar dan hampir ambruk, seperti ada sesuatu yang mengguncangnya.
“Apa itu? Apakah troll lagi?” tanya Lucy.
“Bukan.” Jawab Lorgan.
 Seseorang bertubuh besar tiba-tiba muncul, matanya satu, dan tubuhnya sangat dekil.
 “Itu?” kata June. “Cyclops, dia cocok dengan ciri-ciri cyclops.” Kata Luke.
“Ada makanan lezat disini, kemarilah kalian! Mumpung aku berbaik hati aku tidak akan melukai kalian.” Katanya.
“Tidak akan ada orang bodoh yang menyerahkan hidupnya semudah itu.” Teriak June dengan lantang.
“Menurut buku yang ku baca cyclops mempunyai penglihatan yang buruk.” Kata Luke.
“Baiklah kita akan membuatnya bingung, buat cyclops lelah dan membunuhnya.” Kata June menyusun siasat.
June dan Luke berlari tak tentu arah disekeliling Cyclops , sedangkan Lucy dan Lorgan memanah Cyclops. Kelihatan sekali cyclops lelah dan mulai terhuyung-huyung.
“Sudah hentikan, kemarilah! Kata cyclops.
“Dasar  bodoh.” teriak Lorgan. Mereka berempat menyerang bersamaan dan cyclops pun musnah. “Kelihatannya dia sudah mati.”Kata June. “Memang” jawab Lucy.
“Lorgan kenapa kau diam terus setelah Troll melepaskan kita? Ada yang salah?” tanya Lucy.
”Heh, maaf apa?” ulang Lorgan dengan bingung.
“Benar Aku setuju, kau kenapa?” tanya June.
“Aku? Aku tidak apa apa.” Jawanya.
“Jujurlah kami tahu kau berbohong” sahut Luke. Lorgan hanya diam.
Mereka menuju perbukitan yang sudah dekat dengan gua naga Saphira. Perbukitan yang mereka lewati luas sehingga cukup sulit untuk menemukan sebuah gua. Mereka beristirahat di bawah pohon rindang dekat sebuah danau.
“Dia adalah penyihir hitam.” Lorgan membuka mulut.
“Siapa?” tanya Lucy.
“Orang yang menyuruh troll melepaskan kita. Dia juga yang telah membunuh orang tuaku.
“Tolong-tolong” sebuah suara mengaggetkan mereka.
“Ada anak minta tolong, tapi mana mungkin ada anak bermain disekitar sini.” jelas Luke.
 “Kita tolong atau tidak?” tanya June. Sebelum Luke menjawab Lorgan sudah berlari menolongnya. Ditepi danau terlihat seorang anak perempuan yang bajunya sudah basah kuyup duduk disamping Lorgan. “Mereka cocok” June berbisik kepada Luke. Mereka membawa anak itu ketempat yang lebih kering, tapi sat perjalanan anak itu terjatuh
“Ada apa dengan kakimu?” tanya June.
Dia tidak menjawab, Luke segera membantunya berdiri, tiba-tiba anak itu berubah menjadi gadis berambut ular, mirip medusa tapi kakinya yang sebelah terbuat dari besi.
“Dia? Apa itu?” tanya June. “Empoulsa, saudara medusa.” Jawab Lorgan.
“Aku akan pergi dan membawa anak ini!” teriaknya. Saat ia akan terbang sebuah anak panah mengenainya, ia menggigit tangan Luke dan menghilang.
“Pergi gadis jelek!” teriak suara dari belakang mereka.
“Hai, anak anak.”Sapanya. wajah Lorgan menjadi pucat, mereka semua memperhatikannya, seperti ada kenangan yan mau dikubur lagi.
“Apa kau ingat Aku Lorgan Harrinson? Dan kau membawa banyak tumbal, Lucy Pattrinson, June Pattrinson,dan anak malang yang sedang menunggu ajal Luke Edmayers.” Katanya.
“Diam penyihir jahat, mereka teman bukan tumbal!” bentak Lorgan.
“Diam!” Penyihir mengangkat tongkat dan sebuah batu dibelakang Luke pecah.
“Itu akan mempercepatnya!” katanya. Lucy berlari kearah Luke dan membantunya berdiri, tapi racun empulsa sudah menyebar, wajah Luke pucat.
 “Jangan pedulikan aku, pastikan kau dan adikmu dapat pulang. Bantulah Lorgan.” Suara Luke melemas dan ia pun pergi selamanya. Sebuah pohon bergetar dan roboh tepat diatas Lucy dan Luke. “Luke!” teriak Lucy, bersamaan saat June menarik tangannya.
“Dia pergi, June.” Kata Lucy sambil menangis.
“Sudahlah Lucy, relakan dia dan berhentilah menangis.” Pinta June.
“Tapi dia telah menolong kita, dia sahabat kita, dia rela terbunuh demi menyelamatkan kita, dia tahu saat empoulsa memegang tangannya dia akan mati, tapi dia tidak mengelak sedikit pun, dan sekarang lihat!” suara Lucy muali meniggi,
“Dia mati tanpa dihormati, Aku akan membalasnya. Dasar penyihir Biadab tak punya perasaan!” kemarahan Lucy meletup-letup.
Lorgan sedang mati-matian menghindari serangan penyihir hitam itu, terlihat dari ujung matanya, ia menangis.
“Teman-teman bantu Aku membalas kematian Luke.” Teriaknya. Mereka berempat menyerang Si Penyihir hitam dengan segala cara.
“Awas June!” teriak Lorgan. Sebuah sinar mengenai tangan Lucy yang sudah siaga didepan June. “Aku tidak apa-apa.” Jelas Lucy, sambil tersenyum.
“Kalau begini terus kita akan kalah, kita harus menyusun siasat.”kata Lorgan.
“June bagaimana?” lanjutnya.
“Dia bisa mati kalau kepala dan tubuhnya terpisah.” Jelasnya.
“Oke, bagaimana kalau kita menyuruh Lucy mengalihkan perhatiannya dan kita akan memenggalnya dari belakang. “Jawab June.
Mereka menjalankan rencana June, Lucy terus membuat penyihir menyerang kearahnya. Rencana mereka berhasil penyihir terus menyerang ke arah Lucy, sekarang giliran June dan Lorgan. Saat Lorgan akan maju seekor ular muncul didepannya, ia menghunuskan pedangnya dan ular itu menghilang.
“Mulai!” teriak Lorgan.
Mereka semua menyerang ke arah penyihir. Kelihatan Si Penyihir bingung. Ia menyerang ke arah Lucy dan mengenai kakinya, Lucy terjatuh. Tapi saat aka menoleh kekanan untk menyerang Lorgan, kepalanya diputara ke kiri dan ia musnah.
“Yeeee!!!! Kita berhasil!” teriak Lorgan.
“Misi kita tinggal satu, mencari cermin di gua itu.” Lanjut Lorgan sambil menunjuk sbuah gua.
“Lucy, bagaimana keadaanmu?” tanya June. Lucy terluka cukup parah, tangan dan kakinya terluka, ia tidak bisa berdiri. “Tunggu disini Aku akan mencarikan air.”
Di rumah, Kakek Pan merasa ada sesuatu yang salah. Ia merasa ada yang hilang dari benaknya. Rasa yang sama saat kakaknya meninggal 1 satu tahun yang lalu. Sekarang keluarganya hanya tersisa dua orang ia dan adiknya. “Jangan..jangan!” tebaknya. Ia memanggil naganya dan menungganginyalalu pergi.
Mereka beristirahat, Lucy terlihat pucat menahan sakitnya. Tiba-tiba tanah bergemuruh, dan seekor naga muncul dari gua.
“Itu Naga Saphira!” teriak Lorgan.
“Kemana dia?” Tanya June.
”Entahlah, tapi ini adalah kesempatan kita.” Jawab Lorgan.
“Bagaimana dengan Lucy, dia tidak bisa berjalan.” Kata June.
“Sudahlah.” Jawab Lucy lemas.
Mereka masuk gua, dan menemukan cermin itu. “Tidak susah menemukannya.” Kata June.
“Ada apa diluar?” tanya Lorgan. Mereka berlari begitu mendengar kepakan sayap raksasa.
“Naga Saphira kembali, ayo cepat Lucy sendirian.”Kata Lorgan. Mereka keluar dari gua dan Lucy sudah tidak ada.Naga Saphira turun membawa seseorang yang duduk di punggungnya.
“Hai anak-anak, apa kalian berhasil?” tanyanya sambil membuka tudungnya. Kakek Pan bertanya kepada meraka sambil tersenyum. “Apa kalian tahu seorang nenek yang lewat?” tanyanya.
“Apa? Jadi Kakek adalah saudara dari penyihir yang membunuh kedua orang tuaku?” tanya Lorgan. Semua terlihat syok kecuali Kakek dan naganya.
“Dan naga Saphira adalah naga kekek?” tanya June. Kakek Pan tidak menjawab ia hanya diam. “Aku membunuhnya!” teriak Lorgan. Kakek terlihat marah, dari matanya terlihat tatapan
“Aku akan membunuh siapapun yang membunuh adikku. Aku akan membalasnya!” teriak Kakek Pan.
 Lorgan dan June tak menunggu lama mereka langsung mengangkat pedangnya. “Aku tidak akan membiarkanmu mati.” Kata June sambil menatap mata Lorgan. June dan Lorgan melawan Kakek Pan dan Naga Saphira. Perlawanan June dan Lorgan cukup berhasil, sampai Kaki June terkena serangan Kakek Pan. June diam tertunduk tak bisa berkata apa-apa. Racun sihir Kakek Pan mulai menyebar, tapi June tak menggubris.
“Kita harus melakukan hal yang sama, Aku akan memutarnya, kau yang mengalihkan perhatian naga Saphira.” Kata June. Pertarungan mereka sangat sengit, June dan Lorgan banyak mendapat luka, tapi mereka tak menghiraukannya. June menyerang Kakek dengan brutal tapi Kakek Pan dengan mudah menghadapinya.
“Aku akan membunuhmu!” Teriak June. Lucy berlari dan melomoat ke arah belakang Kakek pan dan memutar kepala Kakek Pan, Naga Saphira menghembuskan apinya dan mengenai kaki June. Kakek Pan sudah musnah tapi naga saphira terus mengincar mereka bertiga.
“Aku menyayangimu kak.” Teriak June.
“Balaskan lukaku!” teriak Lucy.
Naga Saphira marah besar dan menyemburkan apinya ke segala arah. Lorgan dan June menyerang bersamaan, tapi Lorgan tak bisa menghindari ekor Naga Saphira yang terus bergerak, dia jatuh tepat saat naga menyemburkan apinya. Tubuh Lorgan terbakar.
“Aku tidak akan membiarkanmu hidup. Kau telah membunuh semua anggotaku!” teriak June sambil menghunuskan pedang ke kepala naga saphira. Dan naga Saphira tinggal debu.
Sekarang semua hanya tinggal kenangan. Luke, Lucy, Lorgan mereka sudah tiada, sekarang hanya tinggal menunggu June menyusul mereka. June mengambil cermin yang ia lemparkan tadi, tapi kaca sudah pecah berkeping-keping. “Aku sudah membalas kematian kalian.” Katanya, dan ia tertunduk lemas. Semuanya gelap.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Unsur Novel "Maryamah Karpov" karya Andrea Hirata

Teks Ulasan Film Merry Riana "Meraih Sejuta Dollar Bersama Merry Riana"

BOOK REVIEW: ISTANBUL – RETNI SB